2016


Kabar Gumelar. Mohammad Arif Kholiudin, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto ini memang memiliki banyak prestasi. Terakhir pemuda kelahiran Banyumas 20 tahun yang lalu ini menyabet Juara Harapan I pada ajang Kakang Mbekayu Kabupaten Banyumas tahun 2016.

Mohammad Arif Kholiudin saat menerima penghargaan (Foto: dok. Pribadi)

Mewakili Kecamatan Gumelar, Arif begitu ia biasa disapa, benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan Juara pada gelaran prestisius yang rutin diselenggarakan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas ini.

"Yang pasti kaget dan tidak menyangka akan mendapat penghargaan, karena sejujurnya untuk persiapan mengikuti lomba saja saya kurang banyak waktu, sibuk dengan kegiatan di kampus," tuturnya.

Malam penganugerahan Kakang Mbekayu Kabupaten Banyumas tahun 2016 dilaksanakan di Hotel Java Heritage Purwokerto, Selasa 27/9/16. Mahasiswa jurusan Administrasi Negara ini ditemani orang tua dan keluarga saat malam penghargaan.

"Mudah-mudahan ke depan teman-teman di wilayah Kecamatan Gumelar semakin antusias untuk mengikuti acara seperti ini, selain untuk menambah pengalaman, yang pasti kita mendapatkan ilmu dan pelajaran baru di sini," ungkapnya.

Harapan besar juga ditujukan kepada Pemerintah Desa dan Kecamatan Gumelar untuk lebih mendukung lagi acara dan kegiatan yang diikuti warganya di tingkat Kabupaten Banyumas.

"Untuk acara dan kegiatan di tingkat Kabupaten, persiapannya harus benar-benar matang dan terkonsep, makannya harapannya yang akan datang pihak Pemerintah Desa dan Kecamatan mendukung sepenuhnya kepada perwakilan yang mengikuti lomba," tutup Arif. (wiz)


Nama: Muhammad Arif Kholiudin
Usia: 20 Tahun
Pendidikan: Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Jenderal Soedirman

Prestasi: 
  1. Juara 3 Menyanyi Tunggal tingkat Kecamatan (SD Negeri 1 Tlaga)
  2. Juara 3 Paduan Suara tingkat Kabupaten Banyumas (SMA)
  3. Juara 3 Lomba Sing Cover Korean Sing Cover Hanguk Festival (Umum)
  4. Juara 3 Dance Cover Hanguk Festival
  5. Juara 1 Kakang tingkat Kecamatan Gumelar
  6. Juara Harapan 1 Kakang Banyumas
                             
Pengalaman Organisasi:
  1. Ketua OSIS SMP Negeri 1 Gumelar (2009)
  2. Ketua Ikhwan Rokhani Islam SMA Negeri 1 Purwokerto (2013)
  3. Staf bidang latihan Merpati Putih SMA Negeri 1 Purwokerto (2013)




Selamat Hari Migran Internasional, bagi Seluruh Buruh Migran di seluruh dunia!

Minimnya lapangan pekerjaan serta upah yang sangat rendah, akses pendidikan yang mahal, ketidakadilan agraria dan maritim, kurangnya proteksi ekonomi dalam negeri cq. perdesaan, mengakibatkan berjuta-juta warga Indonesia, terpaksa merantau ke luar negeri, demi mencukupi kebutuhan hidup.

Namun penempatan Buruh Migran Indonesia ke luar negeri, tidak dibarengi dengan perlindungan yang memadai, baik kepada Buruh Migrannya apalagi Keluarganya.

Sudah tak terhitung lagi, berapa ribu Buruh Migran yang mengalami tindak penyiksaan fisik dan non fisik ketika bekerja di luar negeri. Atau yang pulang ke kampung halaman dalam keadaan sudah tak bernyawa.

Negara Indonesia sendiri meski sudah menandatangani Konvensi Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya pada tanggal 22 September 2004, tetapi belum menggunakan Konvenan tersebut sebagai acuan dalam pembentukan Undang-Undang Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran.

Undang-Undang yang dipakai pemerintah Indonesia dalam hal penempatan dan perlindungan Buruh Migran masih memakai Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004. 

Di mana isinya masih menitikberatkan pada soal kewenangan pihak swasta dalam hal penempatan Buruh Migran ke luar negeri.

Yang berakibat, Buruh Migran dijadikan objek komoditas perdagangan, karena pihak swasta sendiri berorientasi profit/keuntungan.

Maka di hari peringatan Buruh Migran Internasional ini, Paguyuban BUMI Gumelar menyerukan kepada pemerintah agar mengambil kembali peran penempatan dan perlindungan Buruh Migran dan Keluarganya;
  1. Jangan serahkan nasib Buruh Migran dan Keluarganya pada pihak swasta atau PJTKI.
  2. Berikan Perlindungan Sejati pada Buruh Migran dan Keluarganya, sesuai Konvensi Perlindungan Hak-Hak Seluruh Buruh Migran dan Anggota keluarganya.
Demikian, pernyataan sikap/press release Paguyuban BUMI Gumelar dalam memperingati Hari Migran Internasional 18 Desember 2016.

Salam Perjuangan menuju Kesejahteraan Rakyat dan Keadilan Sosial!



Divisi Advokasi Paguyuban BUMI Gumelar: Yulia Rm (085225529362)
Koordinator Paguyuban BUMI Gumelar: Teguh (089682424596)


Senin, 5/12/16 digelar turnamen bola voli Bupati Banyumas Cup 2016 di GOR Satria Purwokerto. 27 tim dari Kecamatan se-Kabupaten Banyumas turut ambil bagian dalam turnamen yang dihelat oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas ini.

Tim Bola Voli Kecamatan Gumelar
Tak terkecuali tim dari Kecamatan Gumelar, yang turut serta mengirimkan delegasinya di bagian putra dan putri. Tim Putra Kecamatan Gumelar yang didukung langsung Camat Gumelar Roni Hidayat, S.STP., M.Si. ini tampil meyakinkan di babak awal turnamen, sayang mimpi untuk menjadi jawara kandas di tangan tim dari Kecamatan Purwokerto Selatan dua set langsung di partai final yang digelar Selasa sore 6/12/16. Beberapa jam sebelumnya, tim putri juga sudah harus kandas di babak semi final menghadapi lawan tangguh Kecamatan Patikraja.

Dijelaskan oleh Budi Setiono, S.Pd. official tim Kecamatan Gumelar, bahwa kendala yang dihadapi dalam pertandingan ini adalah pemain yang tidak biasa bermain di lapangan tertutup. "Pemain kita ini terbiasa bermain di lapangan terbuka, jadi saat main di lapangan tertutup sedikit canggung, dan juga fisik agak kedodoran," ungkapnya.

Dihuni pemain-pemain muda berbakat dari beberapa Desa di wilayah Kecamatan Gumelar di antaranya Gumelar, Cihonje, Cilangkap, Gancang dan Kedungurang, tim Kecamatan Gumelar secara teknik tidak kalah dari Kecamatan lain, terbukti mereka mampu merangsek ke partai puncak.

"Alhamdulillah kita bisa masuk final walaupun hanya menjadi juara 2, namun ini tentu prestasi yang membanggakan bagi Kecamatan Gumelar pada umumnya," tutup Budi. (wiz/foto by budi)





Cihonje, Minggu 27/11/16 acara PELUNCURAN DAN BACA PUISI MEMO ANTI TERORISME digelar di Balai Desa Cihonje Kecamatan Gumelar.

 Para penyair berfoto bersama Kades Cihonje

Dihadiri oleh Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Gumelar, Kepala Desa Cihonje dan ratusan pengunjung yang datang dari penjuru Kecamatan Gumelar.

Acara yang digagas oleh Jaspinka (Jaringan Sastra Pinggir Kali) Cirebah dengan koordinator Edy Pranata PNP ini adalah yang pertama kali diselenggarakan di wilayah Kecamatan Gumelar.

Para penyair yang hadir silih berganti membawakan puisi yang sebagian besar mereka ambil dari buku Memo Anti Terorisme yang diluncurkan beberapa saat sebelumnya.

Tak kurang 20 penyair terlihat hadir dalam acara ini, di antaranya Sosiawan Leak (Solo), Wage Tegoeh Wijiono (Purwokerto), Windu Setyaningsih (Purbalingga), Maya Madu (Malang), Edi Prmduane (Jakarta), Dewandaru Ibrahim (Purwokerto), Imam Subagyo (Semarang), Wanto Tirta (Banyumas), Fais Safani (Tegal), dan sederet penyair lainnya.

Turut sebagai pengisi acara adalah Grup Kentongan dari Desa Cihonje, solo guitar Abu Bakar Permadi, dan penampilan musikal puisi dari Jaspinka yang menyihir penonton dengan puisi bertema Terorisme dan Bom.(wiz)





Sabtu, 26/11/16. Di sela pembukaan Pesta Siaga Cabang Tahun 2016 yang diselenggarakan di SMP Negeri 1 Gumelar, Bupati Banyumas Ir. Achmad Husein mengunjungi lokasi tanah longsor di Grumbul Cilengkong Desa Gumelar.

Bupati Banyumas meninjau lokasi longsor

Bupati yang didampingi Kepala Desa Gumelar H. Susilo Urip Suprapto, S.Si., Camat Gumelar Roni Hidayat, S.STP., M.Si., Babinsa Koramil 14 Gumelar Suyatno berbincang dengan warga korban tanah longsor sekaligus memberikan bantuan.

Seperti diketahui bahwa pada Kamis 24/11/16 pukul 15.30 terjadi bencana tanah longsor yang mengakibatkan sebuah rumah tertimbun dan dua rumah lain yang berada di atasnya terancam longsor. Beruntung kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa. (wiz)

Lihat Album di: Facebook Album Kabar Gumelar


Pesta Siaga Cabang Tahun 2016 Kwartir Cabang Banyumas digelar di SMP Negeri I Gumelar. Acara yang dilaksanakan mulai Jum'at 25 s/d 26 November 2016 ini diikuti oleh 27 Regu se-Kabupaten Banyumas. 27 Regu ini terdiri dari 27 Regu Putra dan 27 Regu Putri.

Suasana Pesta Siaga Cabang Tahun 2016


Hari pertama acara menampilkan berbagai macam pentas seni dengan dua panggung berbeda antara putra dan putri. Panggung pentas seni untuk regu putra berada di Lapangan sepak bola sebelah timur bangunan sekolah, sementara panggung pentas untuk putri berada di lapangan basket halaman depan kantor guru.

Menurut salah seorang panitia lokal Sigit Priyono, besok pagi acara akan lebih meriah lagi. "Besok acara akan dibuka oleh Ibu Bupati Banyumas jam 8 pagi, sementara untuk penutupannya rencana oleh Bupati Banyumas Achmad Husein," jelasnya.(wn)


Hujan deras yang mengguyur Desa Gumelar Kamis, 24/11/16 mulai sore hari mengakibatkan tanah longsor di Grumbul Cilengkong Desa Gumelar. Tercatat sebuah rumah milik Camiarto (55) warga RT 7/4 Grumbul Cilengkong Desa Gumelar tertimbun tanah longsor di bagian samping.

Rumah warga tertimpa Longsor rusak parah (Foto: Hendi)


Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, kerugian diperkirakan Rp 50 juta. Longsor juga mengancam 2 rumah di atasnya rumah Wartiman dan Tarwo. Dari pihak pemerintah Desa Gumelar, Kecamatan Gumelar, Koramil, dan Polsek Gumelar langsung turun ke lokasi. Sementara dari Tim BPBD Kabupaten Banyumas juga sudah siaga di lokasi.(wiz)



Resepsi HUT PGRI dan Peringatan Hari Guru Nasional tingkat Kecamatan Gumelar dilaksanakan hari Kamis 17/11/16 di Lapangan Komplek Pasar Gumelar.

Hadir dalam acara tersebut, Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Gumelar, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Gumelar serta seluruh Guru yang ada di wilayah Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Gumelar. Selepas acara resepsi, dilanjutkan dengan kegiatan Jalan Sehat yang dilepas oleh Camat Gumelar Roni Hidayat, S.STP., M.Si. (wiz)

Segenap Muspika Gumelar



Pelatihan Siaga Bencana Untuk Masyarakat digelar oleh Palang Merah Indonesia Kecamatan Gumelar. Acara yang dilaksanakan di Aula Kecamatan Gumelar ini dihadiri perwakilan 10 Desa se-Kecamatan Gumelar dan akan berlangsung dua hari dari tanggal 15-16 November 2016.

Pembukaan acara oleh Sekcam Gumelar

Seperti diketahui bahwa Kecamatan Gumelar dikategorikan sebagai daerah rawan bencana, sehingga perlu diadakan pelatihan dengan harapan nantinya dapat menanggulangi bencana yang terjadi sesuai status bencana. Dibuka oleh Sekcam Gumelar acara juga dihadiri dari Polsek dan Koramil Kecamatan Gumelar serta anggota DPRD Kabupaten Banyumas Agus Supriyanto. Turut dalam acara ini dari unsur Pramuka UPK Kecamatan Gumelar.(wiz)


Senin 14/11/16 terjadi kebakaran rumah warga Desa Tlaga Kecamatan Gumelar. Api yang berasal dari hubungan arus pendek ini membakar dapur rumah milik Suswoyo (56) warga RT 2 RW 6 Desa Tlaga.

Menurut saksi mata, kepulan asap hitam terlihat sekitar pukul 07.00 WIB dari arah dapur, kemudian warga mulai berdatangan untuk memadamkan api setelah saksi berteriak minta tolong. 30 menit kemudian api bisa dipadamkan. Sementara pemilik rumah sedang pergi ke warung untuk membeli pulsa. Kerugian akibat kebakaran yg ditimbulkan dari stop kontak magic com ini ditaksir sekitar 10 juta rupiah. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.(wiz)




Definisi TKI atau kepanjangan dari tenaga kerja Indonesia, menurut Undang-Undang Nomor 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri, dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.

Ilustrasi


Merujuk pada UU No. 39/2004 di atas, maka yang disebut TKI adalah siapa pun ia yang berkewarganegaraan Indonesia tapi sedang dalam masa kerja di luar negeri. Tidak seperti bayangan masyarakat umum, bahwa TKI hanyalah ia yang bekerja pada jenis pekerjaan kasar, seperti pekerja rumah tangga, buruh pabrik, dan lainnya.

Karena jenis pekerjaan TKI, terbagi dalam dua kelompok. Yaitu profesional dan non profesional. Contoh jenis pekerjaan profesional seperti: dosen, manajer, dokter, perawat. Sedang jenis pekerjaan non profesional seperti pekerja rumah tangga, supir, buruh pabrik dan lain-lain.

Adapun istilah BMI/PMI (kepanjangan dari buruh migran Indonesia dan pekerja migran Indonesia), mulai muncul di kalangan organisasi BMI/PMI sekitar tahun 2008.

Terus kenapa disebut BMI/PMI (Buruh Migran Indonesia/Pekerja Migran Indonesia)? Karena frasa “Buruh” artinya lebih luas dibanding tenaga kerja. Labour atau buruh, menurut kamus bahasa Inggris, menunjuk pada angkatan kerja atau setiap orang yang mampu bekerja dan termasuk dalam masa produktif, misal berumur 19 tahun sampai 65 tahun. Karena angkatan kerja, maka ia meliputi siapapun yang dalam masa produktif, terlepas dari mempunyai pekerjaan atau tidak. Sedangkan frasa “Tenaga Kerja” adalah menunjuk pada orang-orang yang mempunyai pekerjaan.

Antara Tenaga Kerja dengan Buruh memiliki kesamaan substantif, yakni sama-sama tidak memiliki  alat  produksi beserta kontrol kapitalnya, dengan kata lain ia mendayagunakan fisik dan otak untuk pemilik kapital dan hierarkhis di atasnya, lantas menerima imbal balik berupa upah/gaji.

Lalu frasa “Migran” sendiri, adalah orang yang melakukan migrasi atau berpindah tempat dari negara asalnya, biasanya untuk mencari pekerjaan. Karena menyebut sebagai BMI/PMI, maka buruh migran atau pekerja migran Indonesia yang di luar negeri, berhak diakui statusnya serta mendapat perlindungan hukum sebagai pekerja/buruh, juga sebagai migran.

Sebagai tambahan informasi, untuk contoh di Hong Kong, media massa dan pemerintahannya masih menggunakan frasa “Pembantu Rumah Tangga Luar Negeri” atau Foreign Domestic Helper, untuk menyebut pekerja rumah tangga luar negeri.

Karena hanya disebut pembantu, maka ia tidak mendapatkan seluruh hak sebagai pekerja/worker. Seperti jam kerja yang tidak diatur, kewajiban untuk tinggal seatap dengan majikan, upah minimum yang tidak memadai dan hak-hak pekerja lainnya.

ILO (International Labour Organization) sebagai badan dunia di bawah United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menangani masalah perburuhan, menggunakan sebutan Pekerja Rumah Tangga Migran atau Migrant Domestic Worker, untuk menunjuk pada buruh migran sektor domestik yang bermigrasi.

Jadi, mulai sekarang, mari biasakan diri kita untuk tidak lagi menyebut TKI. Namun menyebutnya sebagai BMI/PMI. Untuk mendorong pemerintah Indonesia beserta pemerintah negara penempatan, supaya memberikan hak-hak dan perlindungan sebagai pekerja, juga sebagai seorang migran. (Yuliati)



(Purwokerto) Paguyuban Bumi Gumelar, digandeng oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsoed, mengadakan seminar dengan tema Literasi Keuangan bagi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) serta Buruh Migran (TKI) dan Keluarganya.

Yuli (BUMI Gumelar) saat menyampaikan materi

Acara diselenggarakan di Gedung Roedhiro, FEB Unsoed, pada 3 Oktober 2016 kemarin. Tema seminar yang menyoroti perilaku literasi keuangan para pelaku UMKM, buruh migran dan keluarganya, mampu menarik minat sekitar 300 peserta untuk hadir (dari kalangan umum, dosen, mahasiswa, aktivis, purna buruh migran beserta keluarganya) dan menyimak materi-materi yang dibawakan pembicara sampai selesai.

Dengan menghadirkan para praktisi dan akademisi di bidangnya masing-masing, seperti; Prof. Dr. Suliyanto, M.M., sebagai pakar UMKM Unsoed, lalu Dr. Tyas Retno Wulan, M.Si., sebagai ketua Pusat Penelitian Gender, Anak dan Pelayanan Masyarakat (PPGAPM) LPPM Unsoed, Zulkifli S.E. dari OJK, serta Yuliati; seorang purna buruh migran (BMI/TKI) dari Paguyuban Bumi Gumelar.

Sosialisasi dan edukasi tentang Literasi Keuangan sendiri, merupakan program resmi dari OJK, sebagai lembaga negara yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terintegrasi, terhadap keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan; baik perbankan atau pasar modal.

Program resmi literasi keuangan untuk masyarakat dari OJK, tertuang dalam Surat Edaran OJK No. 1/SEOJK 07/2014 tentang Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI).

Para pemantik diskusi menyoroti perilaku pengelolaan keuangan masyarakat. Seperti Prof. Suliyanto yang menyoroti pelaku UMKM di wilayah Banyumas. Bagaimana para pelaku UMKM ini masih banyak yang menggunakan metode tradisional dalam memproduksi dan memasarkan produknya. Selain itu, para pelaku UMKM ini juga tidak mengetahui soal literasi keuangan yang baik. Kebanyakan hanya berpijak pada prinsip memenuhi kebutuhan hidup hari ini, untuk hari esok ya dipikir besok.

Sedang Dr. Tyas Retno Wulan, memberikan gambaran tentang purna BMI/TKI yang sukses sekembalinya di kampung. Ada yang berhasil menginvestasikan hasil merantaunya ke dalam usaha warung makan, peternakan dan pertanian.

Lalu Yuliati, sebagai perwakilan Paguyuban Bumi Gumelar, yang juga seorang purna BMI/TKI, berbagi pengalamannya pribadi serta pengalaman kawan-kawan BMI/TKI lainnya, yang terkait dengan tema diskusi.

Mengusung judul Problematika Pengelolaan Keuangan BMI/TKI dan Keluarganya, ia menjabarkan poin-poin penting yang berpengaruh pada perilaku pengelolaan keuangan BMI. Di antaranya adalah:
  1. Kewajiban membayar biaya penempatan yang ditanggung BMI/TKI dan biasanya diambil melalui sistem potongan gaji. Biaya penempatan ini meliputi biaya training/pelatihan kerja dan bahasa, pembuatan dokumen, biaya agensi dan PJTKI.
  2. Perubahan gaya hidup ketika bekerja di negara penempatan. Di mana hal ini bisa disebabkan karena budaya yang berbeda.
  3. Tidak adanya skala prioritas. Jadi BMI/TKI tidak membuat skala prioritas, terkait kebutuhan mana yang harus diutamakan terlebih dahulu. Apakah memenuhi kebutuhan sehari-hari, membeli kendaraan, membiayai pendidikan, menabung atau berinvestasi, misalnya. Kebanyakan BMI/TKI tidak bisa mendahulukan kebutuhan mana yang harus diutamakan, mana yang boleh dikesampingkan.
  4. Tidak adanya koordinasi dengan keluarga di rumah. Jadi BMI/TKI hanya mengirim uang tiap bulan tapi tidak berkoordinasi dengan keluarga yang menerima kiriman, tentang peng-alokasian hasil kiriman tersebut. Maka banyak kasus di mana BMI/TKI pulang ke kampung tanpa punya tabungan apapun di rumah.
  5. Tradisi mencatat. Ini merupakan problema setiap orang sebenarnya, bukan hanya BMI/TKI. Karena masyarakat Indonesia sendiri banyak yang merasa ribet dan malas untuk mencatat. Apalagi mencatat pengeluaran tiap hari.

Pembicara terakhir dari OJK; Zulkifli S.E., menjawab problema-problema yang diajukan para pemantik dan peserta diskusi. Seperti soal biaya penempatan BMI/TKI, KUR untuk TKI, KUR untuk pelaku UMKM, model investasi yang cocok untuk mahasiswa dan lainnya.

Dalam acara itu, pihak OJK dan Unsoed juga menandatangani nota kesepahaman atau MoU, dalam rangka pendidikan, penelitian, dan pengabdian.

Nota kesepahaman, ditandatangani oleh rektor Unsoed; Dr. Ir. Achmad Iqbal M.Si., dengan kepala OJK; Farid Faletehan S.T., M.M. Diharapkan dari acara tersebut, menjadi awal untuk pembinaan soal literasi keuangan BMI/TKI, dan masyarakat. (Bastyo)



(Gumelar). Pada tanggal 22 September 2016, bertempat di Balai Desa Gumelar, Paguyuban Bumi Gumelar bekerja sama dengan Infest Yogyakarta, pemerintah desa dan pemerintah Kecamatan Gumelar, mengadakan kegiatan “Rembug Pemetaan Kewenangan Desa dalam Perlindungan Buruh Migran”. 


Suasana Diskusi 

Acara yang dihadiri oleh perangkat desa dari desa-desa yang ada di Kecamatan Gumelar, serta beberapa purna buruh migran, berlangsung lancar dan penuh keakraban. Masing-masing peserta tampak antusias memetakan dan mengidentifikasi perihal kewenangan desa, sesuai amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Desa Nomor 6 tahun 2014.

Sebagai informasi, dari 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, Kecamatan Gumelar menduduki urutan teratas dalam hal penempatan Buruh Migran (TKI). Sedang Banyumas sendiri, menurut data terbaru dari BNP2TKI (Badan Penempatan dan Perlindungan TKI) pada medio Agustus 2016, naik 5 peringkat, ke nomor 17 dari sebelumnya peringkat 22, kabupaten pengirim BMI terbanyak se-Indonesia. Dalam kata lain, desa-desa yang ada di Kecamatan Gumelar adalah desa-desa basis buruh migran.

Mengawali acara, fasilitator mengajak desa-desa untuk merefleksikan kondisi desa masing-masing sebagai desa basis buruh migran/BMI. Dengan bermacam persoalan yang acapkali dihadapi oleh desa. Seperti minimnya lapangan pekerjaan, tren bekerja di luar negeri yang menjadi pilihan utama warga dibanding bekerja di desa sendiri, keterbatasan akses informasi, hingga permasalahan-permasalahan prosedur penempatan.

Namun dengan kewenangan yang saat ini dimiliki oleh desa, seharusnya bisa menjawab beragam tantangan yang dihadapi. Karena itu, pemetaan kewenangan perlu dilakukan agar desa memiliki landasan kuat dalam menjalankan roda pemerintahan, merencanakan pembangunan, melakukan pembinaan masyarakat serta pemberdayaan masyarakat, dengan tantangan sebagai desa basis buruh migran.

Selama ini, kebanyakan desa-desa di Indonesia masih berorientasi pada pembangunan aset fisik atau hanya “mempercantik penampilan”. Dengan mengesampingkan makna sejati pembangunan itu sendiri.

Padahal, pembangunan kapasitas sumber daya manusia, budaya, ekonomi masyarakat serta pembangunan non-fisik lainnya, adalah motor penggerak kemajuan pembangunan.

Untuk lebih memudahkan proses pemahaman identifikasi dan pemetaan kewenangan desa, pada kegiatan ini, fasilitator mengajak peserta melakukan simulasi menggunakan alat peraga. Simulasi difokuskan pada empat bidang kewenangan skala lokal desa dan mendiskusikannya satu-persatu.

Kader Bumi Gumelar sebagai bagian dari masyarakat desa, memberikan gagasan yang memperkaya kewenangan desa. Beberapa gagasannya seperti, pendataan warga desa yang bekerja menjadi buruh migran, pelayanan informasi ketenagakerjaan dan migrasi oleh desa, pembentukan kelompok pendamping anak buruh migran, pembuatan peraturan desa tentang perlindungan buruh migran, pembuatan SOP (Standard Operational Procedures/ Standar Operasional dan Prosedur) pelayanan publik, serta pemberdayaan ekonomi purna buruh migran.

Dari proses diskusi pemetaan kewenangan desa ini, diharapkan desa-desa bisa lebih memahami tentang kewenangan desa, untuk menjawab beragam tantangan yang selama ini dihadapi oleh desa.

Namun terkait dengan kewenangan desa untuk membuat peraturan desa (Perdes) tentang perlindungan buruh migran, desa-desa menganggap hal tersebut masih sulit dilakukan. Jabatan politis kepala desa, yang membuat kepala desa takut dianggap “menyusahkan” warganya yang mau bekerja menjadi buruh migran. Padahal, perdes perlindungan buruh migran sejatinya untuk melindungi kepentingan buruh migran itu sendiri.

Persoalan ini kemudian dijawab oleh fasilitator, dengan memberikan pemahaman pada desa terkait perencanaan pembangunan yang partisipatif melibatkan masyarakat. Dengan perencanaan partisipatif, gagasan tentang Perdes perlindungan buruh migran tidak harus lahir dari gagasan pemerintah desa, tapi gagasan ini bisa lahir dari usulan masyarakat yang diakomodir oleh desa.

Pada akhir kegiatan, peserta membuat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh masing-masing desa, diantaranya akan membentuk tim pemetaan kewenangan desa, melakukan identifikasi kewenangan dan membahasnya dalam musyawarah desa, dan menyusun draft Perdes Kewenangan Desa. Sebagai bagian dari rencana tindak lanjut ini, desa-desa juga akan melakukan audiensi dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk membahas tentang Perdes Kewenangan Desa dan mendorong Pemerintah Kabupaten untuk segera mengesahkan peraturan Bupati tentang Kewenangan Desa.

Audiensi dengan Pemerintah Kabupaten rencananya akan dilaksanakan pada awal bulan November 2016, sambil menunggu proses pemetaan dan penyusunan Perdes kewenangan di masing-masing desa selesai. (Yuliati)


Tlaga, Jumat 07/10/16 Desa Tlaga merayakan Tahun Baru Hijriyah dengan menggelar acara Grebeg Sura. Acara yang rutin dilaksanakan tiap tahun baru Islam ini dimulai pukul 13.30 WIB Jumat siang.

Rangkaian acara diawali dari Pawai Ngiring Tumpeng yang mengambil Start dari Grumbul Sumber dan Finish di Balai Pertemuan Dusun Tipar.

Dipimpin oleh Kepala Desa Tlaga Siti Suyatni, barisan Pawai ini mengular sepanjang perjalanan dengan jarak kurang lebih 3 kilometer.

Pawai Budaya Grebeg Sura Desa Tlaga

Arak-arakan sendiri diikuti oleh Perangkat Desa, Grup Kesenian Terbang, Kentongan, Muslimat Nahdlatul Ulama dan Anak-anak Sekolah Dasar serta Anak-anak dari PAUD dan TK Pertiwi Desa Tlaga.

Sampai di tempat acara, rombongan pawai disambut oleh Forkompincam dipimpin oleh Camat Gumelar yang diwakili Sekretaris Camat Sarwoko, S.H. Setelah sambutan dari Camat Gumelar, dilanjutkan dengan ritual Pecah Kendi berisi air putih, sebagai simbol bahwa segala mara bahaya dan persoalan yang dihadapi kelak di tahun baru Hijriah ini akan bisa terpecahkan dan diselesaikan dengan baik.

Begitu Pecah Kendi selesai, warga langsung berlari ke arah tumpeng dan berebut mengambil sayur dan tanaman pertanian yang membentuk seperti tumpeng raksasa. Tumpeng sendiri memiliki arti sebagai kemakmuran yang akan terus dinikmati oleh warga Desa Tlaga. (WN)



Desa Paningkaban adalah sebuah Desa yang terletak di wilayah Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Mata pencaharian warganya kebanyakan adalah sebagai Petani, dan beberapa tahun belakang sebagian ada yang beralih profesi menjadi buruh pertambangan rakyat.

Desa dengan jumlah penduduk 5.354 jiwa ini mulai berbenah dalam upaya meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di bidang ekonomi.

Kepala Desa Paningkaban, Sukarmo

Ditemui di ruang kerjanya, Kamis 29/9/16, Sukarmo Kepala Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar menjelaskan program yang telah dilaksanakan di tahun 2016 dan rencana program di tahun 2017 mendatang.

"Mulai bulan Agustus 2016 kemarin, kami sedang melaksanakan lomba untuk RT Berprestasi di wilayah kami, untuk tahap awal yang kami lombakan baru 5 RT dari masing-masing RW yang berjumlah 5 RW," ungkapnya.

Dalam keterangannya, bahwa untuk kriteria RT berprestasi sendiri harus memenuhi beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya, Tertib Administrasi RT maupun PKK, kegiatan rutin baik untuk pembinaan maupun kebersihan dan keamanan, adanya sarana dan prasarana, antara lain tersedianya tempat sampah, Pos Ronda, dan diwajibkan adanya anggota Linmas di RT tersebut.

"Setelah terpilih menjadi RT berprestasi, selanjutnya kami dorong untuk menjadi RT Mandiri yang nantinya bisa memiliki Lembaga Keuangan sendiri, mempunyai program asuransi bagi warganya, mempunyai Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja RT, tersedianya sarana dan prasarana, ada papan informasi, memberi nama gang yang ada di wilayah RT dan lainnya," jelas Kades yang pernah menjadi Guru PAUD ini.

Untuk memberi penghargaan bagi RT yang terpilih menjadi RT Berprestasi dan RT Mandiri, Pemerintah Desa Paningkaban akan memprioritaskan pembangunan dan pemberdayaan di wilayah RT tersebut, sehingga memacu RT yang lain untuk menjadi Berprestasi.

Dijelaskan pula bahwa pada tahun 2017 mendatang, rencana program yang telah disusun dan sudah pasti akan dilaksanakan adalah di bidang Pertanian dan Kepemudaan serta pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

"Kami punya kelompok tani yang aktif, namanya Kelompok Tani Margo Utomo, sekarang ini sedang mengelola pupuk organik. Nantinya kelompok tani inilah yang akan menjadi motor penggerak pertanian di Desa kami. Fokus kami tidak hanya pada tanaman padi, tapi juga ada Jagung, Kedelai, Polo Pendem dan sebagainya. Selain itu juga mendorong pemanfaatan pekarangan untuk membuat Pagar Hidup, Warung Hidup, Apotek Hidup, dan semuanya Organik," jelasnya.

Sementara untuk kegiatan kepemudaan, Sukarmo akan memfokuskan pada kegiatan Karang Taruna Desa. Di antaranya mengadakan pelatihan-pelatihan usaha yang nantinya bisa berguna untuk menyokong kegiatan BUMDes sehingga akan menambah Pendapatan Asli Desa.

"Kami hanya sedang mengartikan apa itu yang dinamakan Desa Membangun sesuai yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Di mana Desa adalah Subjek, bukan Objek Pembangunan. Diawali dari RT yang Mandiri, nantinya akan terwujud Desa yang Mandiri. Mudah-mudahan nantinya seluruh Desa di Kecamatan Gumelar menjadi Desa yang Mandiri," tutupnya. (WizteguhNugroos )




Sosialisasi Perlindungan Buruh Migran PKK Banyumas
Gumelar, 29/9/16 PKK Kabupaten Banyumas menyelenggarakan acara Sosialisasi "Pendampingan dan Perlindungan Buruh Migran Indonesia di Kabupaten Banyumas". Acara yang digelar di Aula Balai Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar ini dihadiri oleh Kelompok PKK Desa Paningkaban dan Keluarga Buruh Migran.

Ada tiga fokus pembahasan dalam acara tersebut yang dikupas oleh masing -masing Nara Sumber. Yang pertama adalah perihal pola asuh anak Buruh migran yang disampaikan oleh Ketua Pokja I PKK Kabupaten Banyumas Siswati Gatot. Fokus pembicaraan yang kedua adalah tentang Perlindungan Buruh Migran oleh Narsidah, S.H. dari Seruni Banyumas dan yang terakhir terkait Pengelolaan Keuangan Buruh Migran yang dipaparkan oleh Dr. Margani Pinasti, S.E., M.Si., Ak. dari Unsoed Purwokerto.

Dijelaskan oleh Siswati Gatot perihal pola asuh anak bahwa anak adalah harapan masa depan. "Masa depan keluarga, masa depan masyarakat dan yang lebih luas lagi adalah harapan perjuangan Bangsa Indonesia, jadi harus diperhatikan cara asuh dan pendidikannya, termasuk juga perlindungan yang baik karena anak-anak ini sangat rentan terhadap kekerasan," ungkapnya.

Sementara Narsidah dari Seruni Banyumas memaparkan tentang Perlindungan Buruh Migran yang sudah tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas. "Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam upayanya melindungi warganya yang menjadi TKI, telah membuat Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2015, jadi saat kita mendorong berbagai pihak atau stake holder untuk peduli terhadap perlindungan TKI ataupun tentang pola asuh anak, itu bukan berarti kita sedang ikut campur urusan orang lain, tapi itu diatur dalam Undang-undang dan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas," jelasnya.

Pada sesi terakhir terkait Teori Tata Kelola Keuangan Buruh Migran, Dr. Margani Pinasti dari Unsoed Purwokerto menekankan pentingnya pengelolaan uang yang didapat dari bekerja agar bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk modal usaha dan menjadi Pohon Uang. "Penghasilan menghasilkan penghasilan pengganti, karena tidak selamanya kita bekerja di Luar Negeri", tambah dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Unsoed tersebut. ( WN )



Usaha penangkaran burung belum begitu dikenal oleh penduduk di Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Meski demikian, hal tersebut tak menyurutkan niat Sugeng Haryono untuk memulai usaha penangkaran burung. Bermodal uang yang didapat dari bekerja menjadi buruh migran di Korea Selatan, laki-laki yang beralamat di Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar  memulai usahanya sekembali dari negeri gingseng.

“Saya pulang dari Korea tahun 2013, dua hari setelah tiba di rumah, saya langsung merencanakan membuat tempat penangkaran burung di belakang rumah,” tutur Sugeng memulai cerita.


Usaha yang dilakoni ternyata tak semudah yang dibayangkan oleh Sugeng. Selain terkendala modal usaha, ia juga belum berpengalaman dalam menjalani usahanya. Diakui oleh Sugeng, dalam kurun waktu tahun 2013-2014, proses pembelajaran usaha masih berlangsung.

“Satu tahun pertama, usaha saya belum menampakkan hasil. Saya terus berproses mengatasi kendala, seperti belajar membuat pembibitan yang bagus,” ungkap Sugeng.

Kini usahanya mulai menampakan hasil, tak kurang dari 4 jenis burung yang  ada di penangkaran banyak dilirik oleh warga di lingkungannya. Pemasaran burung juga dilakukan di luar Gumelar, seperti ke daerah Majenang, Sidareja, dan Karangpucung. Sugeng menuturkan bahwa awalnya dia hanya menangkar 27 pasang burung yang terdiri dari burung Goci, Kacer, Jalak Suren, Murai. Sekarang sudah ada lebih dari 40 pasang burung berada di 73 kandang penangkarannya.

Usaha penangkaran burungnya ia beri nama H&H, inisial dari nama anaknya Hiera & Hiero. Untuk harga jual tiap burung, Sugeng mematok harga sesuai dengan usia burung. Jenis Murai yang sudah bisa makan sendiri dihargai Rp 2,5 juta dan jenis Jalak dihargai Rp 350 ribu. Sugeng memulai bisnis ini bukan tanpa perencanaan. Satu tahun terakhir menjelang pulang ke Indonesia, ia sudah merencanakan usaha dan menabung demi mewujudkannya. Menurut Sugeng, memang sempat ada rasa takut pada awal memulai usaha, tetapi ia meyakinkan diri untuk memulainya.(WN)


Kamis, 22/9/16 bertempat di Halaman Rumah Kepala Desa Tipar Kecamatan Rawalo, Sirun, diadakan Pelatihan pembuatan Pupuk Organik.

Bertindak sebagai narasumber Wakam warga Desa Cihonje Kecamatan Gumelar dari kelompok Tani Ternak Tunas Mukti. Didampingi Carso Abdulloh, S.PT. dari Dinas Peternakan Kabupaten Banyumas.


Wakam yang juga anggota Paguyuban Bumi Gumelar ini juga didampingi dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Banyumas sebagai penggagas acara. Pelatihan sendiri diikuti oleh 60 petani di Desa Tipar Kecamatan Rawalo. (WN)




Kamis, 22/9/16 di Balai Desa Gumelar. Paguyuban Bumi Gumelar bekerja sama dengan Infest Yogyakarta dan difasilitasi Pemerintah Kecamatan Gumelar menggelar acara Rembug Desa Pemetaan Kewenangan Desa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

Nara sumber  yaitu Khayat Muhammad dan Yudi Setiyadi dari Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSDBM) dan Pegiat Desa Infest Yogyakarta. Diikuti oleh Perwakilan Desa se-Kecamatan Gumelar.

"Desa hendaknya melaksanakan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, yaitu membuat Perdes Kewenangan Desa sehingga nantinya Desa bisa mengatur dan melaksanakan Pemerintahan dan mengelola aset sesuai dengan Kewenangannya," ungkap Khayat Muhammad.

Acara yang berlangsung santai dan komunikatif ini dimulai pukul 09.00 dan selesai pada pukul 16.00 WIB. (WN)


Minggu, 28/8/16 bertempat di Halaman Masjid Miftahul Huda Kecamatan Gumelar digelar acara Pengajian Akbar dalam rangka Khaul Eyang Singarana. Pengajian dengan Pembicara Kyai Taefur Arofat ini dihadiri keluarga dan keturunan Eyang Singarana dan ribuan pengunjung yang datang dari Desa di wilayah Kecamatan Gumelar.




Eyang Singarana adalah Lurah Pertama Desa Gumelar yang mempunyai keturunan tersebar di antaranya di Kecamatan Gumelar, Pekuncen dan Lumbir. Salah satu cucunya adalah Bupati Banyumas Ir. Achmad Husein. Almarhum Eyang Singarana sendiri dimakamkan di Pemakaman Umum Cibusung Dusun Palumbungan Desa Gumelar.

Dari garis keturunan ini, kemudian diketahui bahwa Kepala Desa Gumelar H. Susilo Urip Suprapto dan anggota DPRD Kabupaten Banyumas Agus Supriyanto, adalah salah satu keturunan dari mendiang Eyang Singarana.

Sebagai penggagas acara, Bupati Banyumas mengungkapkan bahwa tujuan diadakannya Khaul ini adalah dalam rangka menyambung kembali ikatan keluarga yang terputus karena ketidaktahuan garis keturunan.

"Bahwa setiap yang meniggal itu hanya membawa amal perbuatannya selama di dunia. Dan tidak dapat diragukan bahwa orang-orang yang masih hidup itu diberikan kewajiban mendo’akan orang yang telah meninggal dunia. Maka dari itu, dalam rangka mengirimkan do’a kepada orang-orang tua kita yang telah meninggal, dilaksanakanlah peringatan Khaul, karena tidak ada yang ditunggu-tunggu oleh mereka yang ada di alam barzah kecuali kiriman do’a dari kita yang masih hidup," ungkap Bupati Banyumas dalam sambutannya.

Sementara dalam acara tausiah yang disampaikan oleh Kyai Taefur Arofat, bahwa Khaul adalah sebuah ungkapan cinta dan penghormatan kepada orang tua. "Salah satu pahala yang nilainya begitu besar adalah Birrul Walidain yaitu berbuat baik atau berbakti kepada orang tua, dan acara Khaul ini adalah sangat baik sebagai wujud berbakti kepada orang tua," jelas Kyai yang juga menjabat sebagai Kepala Bapermas PKB Kabupaten Banyumas ini.

Selepas acara Pengajian, Bupati Banyumas didampingi istri kemudian mengunjungi Pemakaman Umum Cibusung untuk Nyekar di peristirahatan terakhir Eyang Singarana.(WN)


Minggu, 21/8/16 Ajang Kakang kakangan Mbekayu mbekayuan yang diselenggarakan oleh G-Dragon Organizer sukses digelar. Bertempat di halaman Kantor Kecamatan Gumelar, acara yang baru pertama kali diadakan ini diikuti oleh 18 peserta dari beberapa Desa di wilayah Kecamatan Gumelar.

Penyerahan Tropi Kakang-kakangan & Mbekayu-mbekayuaan


Menurut ketua panitia Mayra Chan, kesuksesan acara ini tak lepas dari keterlibatan berbagai pihak yang ikut mendukung. “Terima kasih sekali kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara ini, harapannya ke depan kami bisa mengadakan acara seperti ini lagi dengan melibatkan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, sehingga nantinya pemenang dari lomba tingkat Kecamatan Gumelar bisa mewakili ke tingkat Kabupaten,” ujarnya.

Tiga orang juri yang didapuk sebagai tim penilai mengaku bangga dengan potensi yang dimiliki para peserta. “Rata-rata mereka bisa menjawab pertanyaan yang kami ajukan dan punya pandangan yang positif terhadap isu dan persoalan yang sedang berkembang saat ini, isu lingkungan, isu sosial dan mengenai potensi Desanya,“ ungkap Taryoko salah satu tim juri.

Kriteria penjurian sendiri terdiri dari keluwesan berpakaian, pengetahuan umum, dan pengetahuan tentang Desa, Kecamatan dan Kabupaten Banyumas. Pemenang lomba mendapatkan hadiah tropi dan uang pembinaan.

Berikut daftar lengkap pemenang lomba Kakang-kakangan Mbekayu-mbekayuan Kecamatan Gumelar tahun 2016:

Juara I Kakang:  Muhamad Arif K. H. (Desa Tlaga)
Juara II Kakang:  Fauzan D. Y. (Desa Gumelar)
Juara I Mbekayu:  Dinda Sekar Pratiwi (Desa Gumelar)
Juara II Mbekayu:  Ulfah Betrianingsih (Desa Gumelar)

(WN)


Rabu, 27/7/2016 Bupati Banyumas Ir. Achmad Husein resmi mencanangkan RW II Desa Cilangkap menjadi Kampung KB (Keluarga Berencana) untuk pertama kalinya di wilayah Kecamatan Gumelar. Dalam sambutannya, Bupati Banyumas menghimbau kepada seluruh masyarakat dan terutama para Kepala Desa untuk mensukseskan program KB. Acara yang dihadiri oleh seluruh Kepala Desa se-Kecamatan Gumelar dan Forkompincam serta Dinas yang ada di Kecamatan Gumelar ini, ditandai dengan pemukulan kentong oleh Bupati sebagai tanda peresmian pencanangan Kampung KB. Sebelum akhir acara, Bupati juga menyempatkan diri beramah-tamah dengan warga dan anak-anak Sekolah Dasar yang ikut meramaikan acara.

Foto: Bupati Banyumas memukul kentongan tanda Pencanangan Kampung KB

Dalam tinjauannya di lokasi Kampung KB, Bupati Banyumas didampingi Kepala Desa Cilangkap dan Camat Gumelar, berkeliling mengunjungi pos binaan dan berbincang dengan masing-masing koordinator pos. (WN)

Lihat Album lainnya di: Facebook Album


(Gumelar). Bochrent Selection FC membuktikan tekadnya untuk bangkit kembali. Senin 1/8/16 pada laga final Kompetisi Sepak Bola Palground Cup 2016 di Lapangan Depok Gumelar, berhasil mengandaskan klub yang sedang naik daun Persada FC Samudra Kulon lewat drama adu pinalti dengan skor akhir 5-4.

Foto: Tim Bochrent Selection FC dan Simbol Kebangkitan

Jalannya pertandingan pada babak pertama berlangsung lamban, serangan kedua tim kerap mental di barisan belakang, peluang terbaik dimiliki Bochrent di pengujung babak pertama, ketika sepakan Zulham berhasil dimentahkan penjaga gawang Persada pada posisi one on one di depan gawang. Tak ada gol tercipta.

Selepas turun minum tensi pertandingan mulai naik, Bochrent berhasil menguasai jalannya pertandingan, namun peluang emas justru didapat Persada melalui serangan balik cepat, beruntung sepakan pemain depan Persada yang hanya tinggal berhadapan dengan kiper melayang tipis di atas mistar gawang. Sampai peluit panjang dibunyikan wasit, skor tetap sama kuat 0-0.

Drama terjadi pada adu tos-tosan, sampai penendang ke lima kedudukan masih sama kuat 3-3, karena dua eksekutor masing-masing tim gagal menunaikan tugasnya. Penendang ke enam Bochrent kembali gagal melaksanakan eksekusi, namun eksekutor Persada juga gagal. Pada sepakan ke tujuh, kedua algojo sukses melaksanakan tugasnya. Kedudukan sama kuat 4-4.

Akhirnya dewi fortuna berpihak pada Tim yang dimanajeri Maman Kurniawan dari Dukuh Renteng. Eksekutor ke delapan Bochrent berhasil mengecoh kiper Persada, sementara penendang dari klub yang diasuh oleh Cywels, Persada FC, gagal. Skor akhir 5-4 untuk kemenangan Bochrent FC.

Dengan hasil ini maka, Bochrent berhak atas trophy Palground Cup 2016 yang diserahkan oleh Camat Gumelar Roni Hidayat, S.STP., M.Si. Bukan hanya itu, klub yang bermarkas di Dusun Renteng Desa Gumelar  ini juga memborong penghargaan Individual bagi pemainnya, pemain terbaik diraih oleh Yono sang Kapten, dan Zulham sebagai Pencetak Gol terbanyak dengan 5 Gol selama Kompetisi berlangsung.

Barisan suporter-pun tak ketinggalan meraih penghargaan sebagai Suporter kreatif dan aktraktif yang terus mendukung kesebelasannya sepanjang turnamen. Penghargaan khusus ini dipersembahkan oleh pihak panitia agar bisa mamacu suporter lainnya untuk lebih kreatif dan sportif.

Seperti dituturkan Iko Danang Andrestian, ketua panitia turnamen, bahwa suporter adalah bagian terpenting dari sepak bola. "Kita perlu memberikan apresiasi dan penghargaan kepada suporter yang kreatif mendukung tim kesayangannya, sehingga ke depan dapat menginspirasi suporter klub lainnya untuk lebih kreatif dan sportif mendukung tim," ungkapnya.[WN]



Selasa 28/6/16, Bupati Banyumas mengadakan acara Buka Puasa Bersama dengan Forkompinda, Camat, Ulama, Wartawan, Seniman dan Generasi Muda Kabupaten Banyumas. Acara yang digelar di Pendopo Si Panji Kabupaten Banyumas ini adalah dalam rangka kegiatan amaliyah Ramadhan 1437 Hijriyah.

Dalam sambutannya, Bupati Banyumas mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memberikan contoh yang baik demi kemaslahatan umat. "Apalagi di bulan Ramadhan ini, di mana semua kebaikan dilipat-gandakan pahalanya, ibaratnya tanah menjadi emas, kepompong menjadi kupu-kupu, dan pasirpun menjadi mutiara".



Setelah sambutan Bupati, acara dilanjutkan dengan pengajian yang disampaikan oleh K.H. Hariri Sofa, M.Ag., mengambil tema 'Urgensi Peningkatan Ukhuwah Islamiyah dalam rangka Menangkal Radikalisme'. [WN]



Upacara Peringatan Hari Bhayangkara tingkat Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah dilaksanakan hari ini Jumat 01/07/16 di SMP N 1 Gumelar Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Selaku Inspektur Upacara adalah Kepala Polisi Daerah Jawa Tengah Irjen Pol Drs. Condro Kirono, M.M., M.Hum. Acara yang dimulai pukul 08.00 WIB ini diikuti jajaran Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Gumelar, Kepala Desa seluruh Kecamatan Gumelar, SMA PGRI Gumelar, Ormas dan perwakilan dari warga dan tokoh masyarakat. Hadir dalam Upacara tersebut Bupati Banyumas Ir. Achmad Husein didampingi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banyumas, Kapolres, Danrem, Dandim dan jajaran Dinas Kabupaten Banyumas.




Dalam acara ini Kapolda Jawa Tengah juga berkenan memberikan santunan kepada warga kurang beruntung di wilayah Kecamatan Gumelar. Bantuan dan santunan itu sendiri terdiri dari Alat-alat Olahraga, santunan untuk Rumah Tidak Layak Huni dan juga bantuan untuk Taman Pendidikan Al-Quran di Gumelar. (WN)


Suasana Prekpegan di Pasar Pahing Desa Gumelar. Selasa 5/7/16 menjelang Perayaan Idul Fitri 1437 H, warga tumpah ruah di Pasar Pahing Desa Gumelar. Berbagai macam kebutuhan memang tersedia di Pasar terbesar di wilayah Kecamatan Gumelar ini, tak heran jika bukan hanya warga Desa Gumelar saja yang datang ke Pasar ini, ada yang datang dari tetangga Desa bahkan yang dari luar Kabupaten pun jauh-jauh datang untuk membeli segala keperluan hari raya.



Berjejalnya pengunjung pasar menjelang hari raya Idul Fitri kerap terjadi dari tahun ke tahun. Terlihat pula para pedagang yang sebelumnya tidak pernah berjualan di Pasar Pahing, sengaja datang demi meraup keuntungan yang lebih banyak. [WN]


Gumelar 29/6/16, Pengobatan Massal Kambing Peranakan Etawa dilaksanakan di Dusun Cogreg Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar. Acara ini adalah rangkaian dari acara Lomba Kelompok Tani Ternak Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 yang penilaiannya dilaksanakan sehari sebelumnya, Selasa 28/6/2016.


Lomba Kelompok Ternak sendiri diikuti oleh Kelompok Tani Ternak Tunas Mukti Desa Cihonje sebagai satu-satunya perwakilan dari Kabupaten Banyumas untuk bersaing dengan kelompok tani dari seluruh Jawa Tengah. Kita doakan semoga Perwakilan Kabupaten Banyumas yang berasal dari Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar ini bisa berbicara banyak di tingkat Provinsi. [Rukun AS]






Selasa 5/7/16, Takmir Masjid Besar Miftahul Huda Desa Gumelar menggelar acara Takbir Keliling. Agenda tahunan ini diikuti oleh ratusan warga yang ikut memeriahkan dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. 

Selepas Sholat Isya, warga sudah berkumpul di halaman Masjid Miftahul Huda untuk bersama-sama mengumandangkan Takbir keliling dengan berbagai macam bunyi-bunyian seperti bedug dan rebana. Pukul 21.00 WIB iring-iringan dilepas oleh Kepala Desa Gumelar H. Susilo Urip Suprapto dengan mengambil rute dari Pertigaan Kecamatan Gumelar menuju ke Dusun Palumbungan kemudian berbalik menuju ke arah Balai Desa Tlaga, setelah itu rombongan akan melewati Dusun Dukuh Ratim keluar lewat Pertigaan Koramil 14 Gumelar, langsung menuju ke utara ke arah Dusun Mijahan. 

Selanjutnya menuju arah Dusun Renteng melewati Grumbul Karang Tanjung terus ke Selatan melalui Jalan Raya ke arah Dusun Karanganjog Desa Cihonje kemudian kembali menuju garis Finis di depan Masjid Miftahul Huda Kecamatan Gumelar. [WN]


Alwati (32) BMI asal Lampung Selatan, datang ke Hong kong 14 Januari 2015 dan dipekerjakan majikan 21 Januari 2015. Ia bekerja di dua tempat yaitu Long Ping dan Yuen Long. Sesuai kontrak kerja, ia seharusnya menjadi Pekerja Rumah Tangga dan mengurus beberapa anjing saja, kenyataannya setelah pekerjaan rumah selesai ia dipekerjakan lagi untuk memberi makan anjing. Tidak tanggung-tanggung ada 164 ekor dan 30 ekor anak-anak anjing yang harus Ia rawat, dari mengajak jalan-jalan beberapa ekor anjing, membersihkan kotoran dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan anjing.

“Setiap pagi bangun pukul 6, jika Mui-mui (anak perempuan majikan) sekolah, saya harus membangunkan dan mengatarnya ke siupa cam (stasiun bus), setelah itu pulang dan mengerjakan pekerjaan rumah dan merawat anjing,” ungkap Alwati.



Suatu hari di bulan Maret 2015, sehabis membawa anjing olahraga dan akan memasukkannya ke kandang, kaki anjing terjeblos kandang. Alwati berusaha menolongnya tanpa berfikir jika anjing merasa kesakitan ketika ia menarik kakinya keluar. Anjing tersebut kemudian menggigit Alwati. Ia menangis dan minta tolong pada temannya untuk menelepon majikan dan memberitahu keadaannya. Majikan hanya menyuruh Alwati untuk meminum obat painkiller (pereda sakit) dan tangan yang terluka diberi alkohol lalu dibalut plester luka.

“Pukul 5 sore majikan datang, ia minta saya dibawa ke dokter untuk suntik tetanus dan penghilang rasa sakit,” ungkap Alwati.

Meskipun telah disuntik, demamnya tak kunjung reda dan tetap dipaksa majikan untuk bekerja seperti biasanya. Majikan mengatakan pada Alwati untuk tidak mengatakan pada siapapun mengenai kejadian dirinya digigit anjing. Alwati hanya bisa diam, karena saat itu ia khawatir akan diputus kontrak (PHK/interminit). Keesokan harinya, pukul 9 pagi majikan laki-laki menyuruh Alwati membawa anjing keluar untuk jalan-jalan. Alwati menolak karena ia masih demam dan tangannya masih sakit pasca digigit anjing. Majikan meyakinkan bahwa anjing yang akan diajak jalan-jalan adalah anjing titipan, tidak nakal dan tidak akan lari. Alwati pun menyanggupinya.

Di tengah perjalanan pulang, anjing tersebut tiba-tiba hilang. Ketika pulang ke rumah ia memberitahu majikan bahwa anjingnya hilang dan majikan pun marah-marah. Alwati bersama majikan berusaha mencari anjing tersebut dengan memasang foto anjing di jalan-jalan dan internet, tetapi tetap tak membuahkan hasil. Namun pada suatu pagi saat ia hendak mengantar Mui-mui ke sekolah, anjing tersebut sudah berada di depan pintu rumah majikan. Selang satu minggu pasca digigit anjing, Alwati dipindahkerjakan ke Yuen Long karena temannya sakit parah.

“Majikan merayu saya untuk bekerja di sana, berjanji memberi fasilitas wifi dan mencari pekerja baru. Sebelum pekerja baru datang, ia bilang akan mencari pekerja partime untuk membantu saya di siang hari, tapi semuanya tidak direalisasikan,” ungkap Alwati.

Belum reda trauma Alwati akan gigitan anjing, Ia  kembali digigit anjing untuk kedua kalinya, kali ini ia digigit anjing herder dan mengakibatkan kuku tangannya pecah. Pada Januari 2016, kejadian serupa terulang, saat itu gigitan anjing bahkan mengenai mata dan muka saat ia akan mengambil mangkok anjing herder. Akibat gigitan itu, ia harus dioperasi kurang lebih 4 jam dan harus dirawat satu malam di rumah sakit..

Satu setengah bulan setelah menjalani operasi, alat yang ada di dalam mata Alwati harus dicabut. Setelah pencabutan dilakukan, dokter berkata, meski alat sudah dicabut, Alwati harus menjalani pemeriksaan ulang (check up) lagi pada tanggal 15 Maret 2016. Malangnya, pada tanggal 8 Maret 2016, majikan malah memutus kontrak kerjanya secara sepihak. Ia terpaksa melarikan diri ketika majikan akan memulangkannya ke Kingdom Employment Agency di To Kwa Wan.

Alwati menceritakan bahwa dirinya pernah mengkontak agensi untuk ganti majikan karena tidak kuat. Agen Kingdom bersedia mencarikan majikan baru, tetapi dengan syarat potongan gaji 6 bulan harus ditambahi 2 bulan lagi. Merasa sangat keberatan dengan syarat tersebut, Alwati tidak meneruskan niatnya dan tetap berusaha bertahan di majikan. Sringatin, koordinator JBMI menyatakan kelemahan hukum di Hong Kong adalah masih terbatas menjamin hak-hak gaji di kontrak kerja, namun kasus-kasus kerja paksa seperti Alwati, belum tegas dikategorikan sebagai pelanggaran atau kasus tindak pidana yang harus dihukum.

“Kami (buruh migran) rentan, karena dipaksa serumah dengan majikan tanpa dimonitor, tidak ada aturan standar jam kerja dan standar makanan,” tambah Sringatin, dalam press release-nya.

Menurut Sringatin, banyak BMI tidak tahu dan takut melapor karena takut dipulangkan ke Indonesia dan tetap diharuskan melunasi biaya penempatan. Di sisi lain, kebijakan administratif Konsulat RI di Hong Kong, masih mempersulit BMI pindah ke agen lain jika potongan agen belum selesai. Alih-alih menjalankan kebijakan perlindungan berlapis, KJRI Hong Kong justru tampak membela kepentingan agensi daripada mendahulukan perlindungan Warga Negara Indonesia.

“Jika aturan hukum Hong Kong saja membebaskan buruh migran pindah agensi, seharusnya KJRI Hong Kong tegas memberi sanksi pada agensi bermasalah, memberi keleluasaan atau bahkan memfasilitasi BMI untuk bebas pindah dan memilih agensi lain yang dirasa aman serta tidak membebani dalam hal pembiayaan.” ungkap Fera Nuraini, mantan BMI Hong Kong yang kini bergiat di Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSDBM) Yogyakarta.

Saat ini kasus Alwati ditangani oleh Mission For Migrant Workers. Tanggal 8 April 2016, Alwati akan melakukan pertemuan dengan majikan di kantor Labour Departement untuk menuntut biaya pengobatan sampai sembuh. Alwati juga mengajukan tuntutan agar majikannya tidak diizinkan mengambil PRT lagi karena pekerjaan di rumah majikan ini sangat berbahaya dan Alwati tidak ingin apa yang menimpa dirinya dialami oleh PRT lain.

Sumber: www.buruhmigran.or.id


Pemain Persada FC merayakan Kemenangannya

Minggu 5/6/16, Laga final Kompetisi Sepak Bola Gumelar Cup antara Rebers FC Samudra melawan Persada FC Samudra Kulon dimenangkan oleh Persada FC Samudra Kulon dengan skor 1-0. 

Rebers FC yang merupakan Juara di event yang sama pada tahun lalu ini tak mampu menyamakan kedudukan hingga peluit panjang dibunyikan wasit, beberapa peluang yang diciptakan pemain Rebers mampu dimentahkan barisan pemain belakang Persada yang digalang oleh bek tengah Dios.

Satu-satunya gol pada Derby Samudra ini dicetak oleh striker Persada Dedi Ghandor melalui sebuah sepakan terarah pada menit ke 23 diawali dari kemelut yang terjadi di depan gawang Rebers FC.

Jalannya pertandingan berlangsung seru, masing-masing tim silih berganti saling serang. Kondisi lapangan yang becek dan licin mengakibatkan benturan antar pemain tak terhindarkan, sehingga wasit terpaksa mengeluarkan 3 kartu kuning untuk pemain Persada FC. 

Ajang Sepak Bola Gumelar Cup 2016 sendiri, merupakan agenda tahunan dari ZAP Organizer, seperti yang dituturkan Ketua Panitia Devri Adwianto. "Ini merupakan kali ke empat kompetisi Gumelar Cup, mudah-mudahan tahun depan kita bisa menyelenggarakan lagi," ungkapnya.

Kompetisi yang diikuti 20 Klub Sepak Bola ini juga melibatkan empat klub dari luar Kecamatan Gumelar. Tercatat ada kesebelasan dari PGRI Banyumas, Akasa Karangbawang, Arwana Munggang Sari dan Sinar Mega Lumbir. (WN)



Peserta Rembug Desa mengungkapkan gagasannya

(Kabargumelar). Kamis, 2/6/16 diadakan Rembug Desa Peduli Buruh Migran. Setelah sebelumnya acara yang diselenggarakan oleh Paguyuban Bumi Gumelar ini dilaksanakan di Desa Gumelar dan Desa Cihonje, untuk ke tiga kalinya acara diselenggarakan di Desa Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas.

Pada pertemuan kali ini, fokus pembicaraan Rembug Desa berkutat pada persoalan Kewenangan Desa dalam upaya perlindungan Buruh Migran sesuai dengan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa. Menghadirkan fasilitator Desa dari Infest Yogyakarta Edi Purwanto, diskusi berlangsung komunikatif dan mengungkap pelbagai persoalan dan gagasan yang menarik dari masing-masing Desa di wilayah Kecamatan Gumelar.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa memiliki Empat Jenis kewenangan, yaitu:

  1. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul,
  2. Kewenangan lokal berskala Desa,
  3. Kewenangan yang ditugaskan Pemerintah dan Pemda Provinsi, dan Kabupaten/Kota, dan
  4. Kewenangan lain yang ditugaskan Pemerintah dan Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Kewenangan Desa terkait Buruh Migran bisa dimasukkan dalam Kewenangan Lokal Berskala Desa. “Desa bisa berperan dalam rangka Perlindungan Buruh Migran dan Pemberdayaan mantan Buruh Migran, dengan memasukkan pada jenis kewenangan lokal berskala Desa,” jelas Edi. “Kewenangan lokal berskala desa itu sendiri adalah kewenangan yang paling bisa dilakukan oleh Desa yang diukur sesuai kemampuan Desa, salah satu contoh yang sudah berjalan adalah pengelolaan PAUD,“ lanjutnya.

Pada acara yang dibuka oleh Sukarmo selaku Kades Paningkaban ini, muncul juga pandangan dan gagasan menarik terkait persoalan Buruh Migran dari seluruh peserta Rembug Desa. Seperti yang diutarakan Kades Samudra Kulon Sutaryo mengenai BUMDes yang baru dibentuk di Desanya. “Kebetulan sekali kami baru saja membentuk Badan Usaha Milik Desa, saya jadi ingat mudah-mudahan para buruh migran di Desa kami bisa ikut berperan, mungkin mereka bisa menanamkan saham pada usaha yang akan kami jalankan,” katanya.

Lain hal yang diutarakan Perangkat Desa Samudra dan Cihonje, bahwa perlu sekali dalam pelatihan yang dilaksanakan sebelum pemberangkatan TKI mengenai pembekalan nilai kearifan lokal Desa. “Bagaimana agar setelah pulang ke Desa, mereka kembali dengan gaya hidup dan tatanan seperti saat mereka belum berangkat ke luar negeri, dan bagaimana kedisiplinan kerja di luar negeri bisa dibawa dan diterapkan sehingga bisa menginspirasi warga yang lainnya,” ungkap Riko dari Perangkat Desa Cihonje. (WN)


Di Indonesia kita mengenal warna merah sebagai warna keberanian dan putih sebagai warna kesucian. Merah bermakna raga manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Berbeda negara, adat dan budaya, warna-warna tersebut dimaknai secara berbeda oleh warga lokal Hong Kong yang kebanyakan menganut budaya Tiongkok. Misalnya, warna-warna yang di Indonesia diartikan sebagai lambang kesucian, di Hong Kong malah dimaknai sebagai warna yang melambangkan kegagalan.

Buruh migran perlu mengenal dengan baik makna warna dari budaya Tiongkok tersebut agar dapat menyesuaikan diri dalam situasi-situasi tertentu yang berkaitan dengan adat dan budaya. Berikut ini makna warna dalam budaya Tiongkok:

1. Warna Merah

Orang-orang Tiongkok menganggap warna merah sebagai warna yang membawa keberuntungan. Maka, dalam upacara pernikahan Tiongkok, orang-orang Hong Kong cenderung menggunakan baju-baju berwarna merah.

2. Warna Putih

Warna putih dalam budaya Tiongkok melambangkan kematian, nasib buruk, kegagalan, kebodohan dan dipakai dalam upacara pemakaman. Warna ini dianggap tidak membawa pertanda baik dan secara harfiah warna putih merupakan orang-orang yang memiliki kecerdasan lebih rendah (idiot).

3.Warna Hijau

Warna hijau melambangkan kehidupan, perdamaian dan vitalitas. Orang-orang Tiongkok jarang memberikan topi warna hijau kepada teman lelakinya yang telah menikah, karena warna ini memiliki arti yang sama bahwa istrinya berzina dengan laki-laki lain.

4.Warna Hitam

Warna hitam melambangkan keagungan, kesetaraan, keadilan dan kesungguhan. Dalam drama tradisional Tiongkok, aktor yang wajahnya dicat hitam, biasanya memainkan peran karakter yang benar dan adil.

5.Warna Kuning

Warna kuning melambangkan kesetiaan, kesungguhan dan kesucian. Kuning juga merupakan simbol dari kekuasaan kekaisaran serta kedaulatan masyarakat Tiongkok.

Sumber: www.buruhmigran.or.id

Kabar Gumelar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget