Pemuda Karang Taruna sedang memilah sampah

Tlaga- Sampah saat ini tidak hanya menjadi persoalan daerah perkotaan. Di desa-desa pun, sampah mulai menjadi permasalahan serius bagi kesehatan lingkungan. Berawal dari situ, para pemuda Karang Taruna Muda Utama Sakti Grumbul Jambenom Desa Tlaga Kecamatan Gumelar, tergerak untuk mulai menangani dan mengelola sampah. Sampah yang berserakan di pekarangan rumah, selokan dan tepi jalan menjadi target mereka untuk dibersihkan.

Tahun 2014, melalui program kerja Karang Taruna, para pemuda memulai kegiatan pengelolaan sampah ini. Dimotori ketua Karang Taruna Adi Siswono, setiap Minggu pagi mereka berkumpul lalu bersama-sama menyisir jalan, selokan dan pekarangan untuk mengambil sampah.

“Pengambilan sampah kita laksanakan setiap Minggu pagi, selain membersihkan jalan, selokan dan pekarangan, kita juga jemput sampah ke rumah warga. Setiap warga sudah kami beri karung untuk mengumpulkan sampah, sementara ini masih khusus sampah An-organik. Sampai dengan tahun 2018 ini Alhamdulillah masih terus berjalan,” terang Luftiana Rokhmah salah satu pengurus Karang Taruna.

Setelah sampah terkumpul, kemudian dipilah di tempat pemilahan sampah di sebuah pekarangan milik warga. Setelah dipilah menurut jenisnya, sampah lalu dijual ke pengepul sampah yang ada di Desa Tlaga. Dana yang terkumpul dari hasil penjualan sampah, dimasukkan ke kas Karang Taruna.
Menurut Luftiana, uang kas yang terkumpul ini kemudian digunakan untuk membiayai beragam kegiatan kemasyarakatan.

“Dari dana yang ada, awalnya kita gunakan untuk membuat papan peringatan kepada warga agar tidak membuang sampah sembarangan. Papan-papan ini kami pasang di tempat-tempat yang biasa digunakan warga untuk membuang sampah, diantaranya di selokan, di sungai dan di pekarangan kosong,” jelasnya.

Seiring berjalannya waktu, dana yang terkumpul dari hasil penjualan sampah semakin bertambah. Sehingga beberapa kegiatan kemasyarakatan di lingkungan tersebut bisa dibiayai dari kas yang ada.

“Selain untuk membuat papan peringatan, uang kas juga kami gunakan untuk membuat papan nama gang, untuk membiayai kegiatan keagamaan, membiayai peringatan HUT RI setiap tahun, juga untuk membantu biaya transportasi warga atau ibu hamil menuju sarana kesehatan,” lanjut Luftiana.

Yang unik dari pembuatan nama gang ini adalah penggunaan nama gang memakai nama sesepuh yang tinggal di gang tersebut. Sementara di bawah nama gang, tertulis nama-nama warga yang tinggal di gang tersebut.

“Nama gang adalah nama orang, atau nama salah seorang warga yang dituakan di gang tersebut. Lalu di bawah nama gang, ada nama seluruh warga yang rumahnya ada di situ. Ini memudahkan tukang pos, atau pencari alamat, tinggal lihat papan nama langsung tahu rumahnya di mana,” ungkapnya.

Luftiana mengatakan, bahwa saat ini uang kas juga  digunakan untuk pembangunan dan pengembangan Wanawisata yang ada di Desa Tlaga.

“Yang terakhir, penggunaan uang kas Karang Taruna dari hasil penjualan sampah adalah untuk pembangunan dan pengembangan Wanawisata Alas Kaliung di Desa Tlaga. Alhamdulillah saat ini sudah mulai ramai pengunjung,” tutupnya.(wizteguhnugroos)