Februari 2016


(Kabargumelar). Tidak pernah terpikir sebelumnya oleh Wakam (54), jika ketekunannya menggeluti pupuk organik membawanya menjadi juara 1 ajang Krenova Banyumas, minggu (21/02/16). Pegiat Paguyuban Buruh Migran Gumelar (BUMI Gumelar) yang tinggal di Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar, Banyumas ini membuat kreasi pupuk organik cair dari bahan limbah tepung tapioka.

Keberhasilan Wakam bukanlah hal yang instan dia dapatkan, Wakam telah membuat pupuk organik sejak tahun 2007. Pupuk organik menjadi pilihan Wakam berdikari di desanya, setelah dia memutuskan untuk tidak berangkat kerja ke luar negeri lagi.

“Alhamdulillah, kerja keras dari tahun 2007 ada buktinya, semoga menginspirasi TKI yang lain agar tidak takut pulang kampung, kembali ke desa,” ungkap Wakam, sambil memeluk teman-temannya sesama mantan buruh migran dari Kecamatan Gumelar yang juga ikut pameran.

Pameran yang diselenggarakan oleh Bappeda Kabupaten Banyumas, menjadi ajang kompetisi produk kreatif dan inovatif dari masyarakat di Banyumas. Pameran dan penilaian karya kreatif yang bertempat di Indoor Futsal GOR Satria Purwokerto, diikuti oleh lebih dari 130 peserta karya kreatif.

Sebelum membuat pupuk organik cair dari limbah tepung tapioka, Wakam memiliki pengalaman membuatnya dari limbah canti (makanan ringan yang banyak diproduksi masyarakat Desa Cihonje). Namun karena keterbatasan bahan baku, Wakam sempat berhenti membuatnya.

“Dulu saya pernah membuat pupuk organik cair dari limbah pembuatan cantir, tapi mandek karena terkendala bahan. Lalu saya mendapat tantangan dari BUMDes Desa Gumelar untuk membuatnya dari limbah tapioka, kebetulan di Desa Gumelar banyak produsen tepung tapioka yang tergabung dalam BUMDes,” ujar Wakam.

Para juri di ajang Krenova Banyumas tertarik dengan karya kreatif Wakam yang memanfaatkan limbah tapioka. Dari hasil kemenangan ini, Wakam berhak maju ke ajang Krenova tingkat Provinsi Jawa Tengah mewakili Kabupaten Banyumas, bersama karya kreatif lain yang masuk dalam 10 besar. (Yudi Setiyadi)

Sumber: www.buruhmigran.or.id

(Kabargumelar). Singkong atau Ketela adalah bahan baku utama pembuatan tepung tapioka. Namun, tidak sembarang singkong bisa diolah menjadi tepung tapioka. Salah satu kriteria singkong yang bisa dibuat menjadi tepung tapioka adalah kandungan air yang tidak terlalu banyak, sehingga bisa menghasilkan sari pati yang maksimal, paling tidak kandungan sari patinya mencapai lebih dari 30%, bila kandungan tidak mencapai persentase tersebut, bisa dipastikan hasil tepung tapioka tidak sesuai yang diharapkan.

Desa Gumelar sebagai salah satu sentra pengrajin tepung tapioka di wilayah Kabupaten Banyumas tentunya membutuhkan banyak singkong sebagai bahan baku tepung tapioka. Ada sekitar 20 lebih pengrajin Tepung tapioka yang ada di Desa Gumelar, sayangnya untuk memenuhi kebutuhan singkong tersebut, para pengrajin masih mendatangkan dari luar daerah.

Inilah yang coba sedang disiasati oleh Raswin, warga Desa Gumelar  yang mulai mencoba untuk berdaya dengan menanam singkong sebagai bahan baku pembuatan tepung tapioka, sebagai antisipasi ketersediaan bahan baku singkong.

"Ide awalnya karena kurangnya bahan baku singkong, bahkan dari luar daerahpun terkadang terjadi kelangkaan, inilah yang kemudian membuat harga melonjak dan tidak seimbang dengan harga jual tepung tapioka," ungkap Raswin. Singkong yang ditanam Raswin ternyata bukan singkong kebanyakan yang menjadi bahan baku tepung tapioka, Singkong Gajah menjadi pilihannya untuk memulai usaha bertani Singkong.

Ada beberapa alasan kenapa mantan buruh migran ini menanam singkong gajah, salah satunya adalah kandungan sari patinya yang di atas 30%. "Selain itu juga buahnya yang sangat besar, baru usia dua setengah bulan saja sudah mulai ada isinya, dan Sembilan bulan saat panen satu pohonnya bisa menghasilkan buah mencapai dua puluh kilogram," tuturnya.

Raswin juga menceritakan bahwa untuk percobaan pertama ini hanya menanam pohon singkong 200 batang, dengan kalkulasi penghitungan saat penen sekitar 4 ton. Dari perhitungan inilah yang kemudian membuatnya akan mencoba menanam Singkong lebih banyak lagi di lahan sewaan dalam waktu dekat ini. "Selain nanti menanam singkong lebih banyak, saya juga akan mencoba menggunakan pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah, sekarang kan di Gumelar sudah banyak teman-teman yang mengelola pupuk organik, termasuk nanti akan mencoba pupuk organik cair yang bahannya dari limbah tepung tapioka (blendrang)," tutupnya. (Wizteguh Nugroos)


Mr. J adalah sebuah nama yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan oleh warga Desa Gumelar. Siapakah Mr. J itu?

Mr. J adalah nama grup kentongan yang berasal dari Desa Gumelar. Grup yang beranggotakan 20 anak muda ini sejak September 2015 mulai melanglang buana dari pentas satu ke pentas lainnya dalam rangka menuntaskan laku hobi dan ikut nguri-uri budaya tradisional Banyumasan.

Seperti dituturkan sang ketua grup Julianto, bahwa pada awalnya grup ini terbentuk adalah setelah beberapa acara lomba kentongan peringatan HUT RI ke-70 tahun lalu. "Dulu masing-masing dari kita adalah personil dari beberapa grup dusun di wilayah Desa Gumelar, setelah selesainya lomba kita mencoba berkumpul dan nge-jam dengan alat masing-masing dan akhirnya terbentuklah grup ini."

Pasca terbentuknya grup, mulailah mereka berlatih agar semakin kompak dalam memainkan alat musik dan terus memperkaya pilihan lagu. Berawal dari latihan di rumah masing-masing personil, kemudian merambah ke beberapa acara Resepsi Pernikahan, Khitanan, bahkan mereka juga pernah mengisi di acara Peresmian sebuah kantor swasta.

Menurut Jumbe, begitu Julianto biasa disapa, sampai dengan saat ini para personil masih menikmati kegiatan yang mereka lakukan bahkan untuk pementasan sekarang sudah mulai merambah keluar daerah. "Beberapa waktu yang lalu kami sempat pentas di Bumiayu, Ajibarang, Cilacap, Purwokerto Alhamdulillah sambutannya sangat baik, dan ini juga sekaligus menambah pengalaman kami," ungkapnya.

Untuk pementasan di luar daerah, Mr. J biasanya mborong mobil angkutan sebagai sarana tranposrtasi. Biasanya kami mborong mobil bak terbuka, karena selain murah juga cukup untuk mengangkut personil dan alat musik kentongannya," tutur Jumbe. Dari pementasan-pementasan di luar daerah inilah yang kemudian melahirkan tagline Mr. J Tour Mbabyag!! (Wizteguh Nugroos)
 

Kabar Gumelar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget