September 2017

kabargumelar.com – Kotoran kambing atau biasa disebut bribil, mempunyai manfaat sebagai pupuk alami untuk berbagaai macam tanaman. Namun oleh Warseno (46) warga RT 1 RW 11 Desa Cihonje Kecamatan Gumelar, kotoran kambing diubahnya menjadi gas yang dimanfaatkan untuk memasak, sebagai pengganti gas elpiji yang beredar selama ini.

Warseno saat memasukkan kotoran kambing ke alat pembuatan biogas

“Bulan Mei 2016 lalu saya mencoba membuat biogas, jadi sampai saat ini sudah lebih dari satu tahun keluarga kami menggunakan biogas untuk memasak,” ungkap Warseno memulai pembicaraan.

Dijelaskan oleh Warseno, bahwa selain memproduksi gas, alat sederhana miliknya juga sekaligus bisa memproduksi pupuk organik yang dihasilkan dari proses pembuatan gas tersebut.

“Gas yang dihasilkan oleh kotoran kambing dialirkan melalui paralon, lalu ditampung di wadah besar sebelum masuk ke dapur. Kemudian cairan dan kotoran dialirkan ke penampungan yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, dan ini sangat bermanfaat untuk tanaman,” jelasnya.

Seperti diketahui, tahun 2017 ini tanaman padi milik petani yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas mengalami serangan hama yang berimbas pada gagalnya panen. Namun berkat pupuk organik produksinya, sama sekali tidak terkena serangan hama dan bisa panen seperti biasa.

“Dalam sehari, gas yang dihasilkan bisa untuk memasak selama empat jam. Dua jam di pagi hari dan dua jam di sore hari,  sangat membantu menghemat pengeluaran biaya rumah tangga,” jelasnya.

Berkat ketekunannya mengolah biogas, pria yang pernah belajar pertanian di Australia ini sudah sering kali berkunjung ke berbagai daerah dalam rangka sosialisasi dengan difasilitasi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Banyumas.


“Silakan buat siapa saja yang mau belajar tentang biogas ini saya siap untuk membantu, membagi pengalaman saya. Kepada pemerintah khususnya pemerintah desa,  saya harap untuk terus mendukung dan membantu apabila warganya berminat untuk membuat biogas seperti ini. Karena terus terang untuk pengadaan peralatan cukup memakan biaya,” katanya terkait harapan kepada pihak pemerintah.

Oleh : Wizteguh Nugroos

kabargumelar.com - Cirebah, Cihonje Kecamatan Gumelar, Komunitas sastra Grumbul Cirebah Desa Cihonje, Jaspinka ( Jaringan Sastra Pinggir Kali ) menggelar acara Peringatan Hari Puisi Indonesia tahun 2017.

Buku Karya Eddy Pranata PNP

Jaspinka yang diketuai oleh penyair Eddy Pranata PNP ini mengundang puluhan penyair dari berbagai kota di Indonesia untuk hadir dan meramaikan acara yang digelar Sabtu 16/9 malam di halaman markas Jaspinka.

Perhelatan tersebut juga sekaligus acara launching buku kumpulan puisi Abadi dalam Puisi karya Eddy Pranata PNP dan Gigir Bukit Sinawing yang ditulis oleh Riswo Mulyadi. Setelah itu dilanjutkan dengan bedah dua buku puisi, dengan para pembicara Seruni Unie dan Rangga Sujali.

Sementara Sofyan RH Zaid penyair kelahiran Sumenep dengan salah satu karyanya Pagar Kenabian, bertindak sebagai pembanding dari kedua pembicara tersebut.

Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB ini dihadiri oleh Kepala Desa Cihonje, Forkompinkec, anggota DPRD Kabupaten Banyumas Agus Supriyanto dan ratusan pengunjung yang ingin melihat para penyair dari penjuru negeri.

Oleh : Wizteguh Nugroos

kabargumelar.com – Sebuah destinasi wisata baru di wilayah Kecamatan Gumelar  telah dibuka.  Adalah wanawisata Alur Jero yang ada di Desa Samudra Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas.

Pengunjung berfoto di salah satu spot foto

Berada di hutan pinus milik Perhutani, lokasi yang berada di RT 3 RW 2 Desa Samudra ini menawarkan tiga buah curug yang patut untuk dikunjungi. Tiga buah curug tersebut adalah Curug Senthong, Curug Kedung Kembar dan Curug Sampar Kidang.

Ketiga curug yang mempunyai ciri khas masing-masing ini mengalir dalam satu alur yang kemudian disebut Alur Jero. Makna dari Alur Jero sendiri adalah  jalur air yang ada di dalam, dalam hal ini adalah di dalam hutan.

Menurut Duri Subiardi, ketua LMDH Desa Samudra, bahwa Alur Jero merupakan salah satu mata air sungai Tajum selain mata air Karang Manggis dan Tatra Guna.

“Alur Jero ini mengalir dari atas yaitu perbatasan antara Desa Samudra dengan Pangawaren Desa Semedo, kemudian mengalir ke bawah menuju ke sungai Tajum, jadi merupakan pemasok air untuk sungai Tajum,” ungkapnya.

Alur Jero sudah ada sejak puluhan tahun silam, namun baru diekspos sekitar tahun 2013 lalu. Di tahun 2017 ini kemudian mulai dilakukan pembangunan menjadi salah satu wisata yang ada di Desa Samudra.

“Untuk konsep dan pembangunan saat ini dilakukan oleh LMDH dan para pemuda Desa Samudra, sementara untuk pengelolaannya nanti akan dibicarakan dengan pihak Perhutani,” jelas Saefudin salah satu anggota BPD Desa Samudra.

Animo masyarakat sendiri sangat antusias, terbukti walaupun belum sepenuhnya selesai dibangun, banyak pengunjung yang datang dalam rangka memenuhi rasa penasaran mereka.

Wardo salah satu pengunjung asal Desa Gumelar mengatakan, bahwa potensi wisata Alur Jero ini sangat bagus dan layak untuk dikembangkan.

“Sangat bagus, apalagi sudah banyak tempat untuk berfoto dan berselfie ria, pasti nantinya semakin banyak pengunjung yang datang terutama pada hari libur,” katanya.

Tiket masuk terhitung sangat terjangkau, hanya lima ribu rupiah untuk satu pengunjung dan dua ribu rupiah untuk parkir sepeda motor.(wiz)

Lihat Videonya di https://www.youtube.com/watch?v=QMNQ-x4_yE0

Kabar Gumelar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget